It's Happy Line

Rabu, 26 September 2012

Mencoba Mengulas Ulang


Kehidupan khas kota, tema kuliah tadi siang..

Dengan menyinggung terlebih dahulu kehidupan khas bukan kota (desa), perkuliahan pun dimulai...

Di bukan kota (desa), banyak orang dengan jenis kegiatan yang sama, dengan ruang
yang tetap dan tidak berpindah-pindah setiap harinya, menjalani sebuah kehidupan
yang statis dan homogen.
Ini sudah menjadi sebuah budaya yang tumbuh di daerah bukan kota dan budaya ini sangat sulit untuk dirubah.
Sedangkan, kehidupan di kota bercirikan tidak statis (dinamis) dan tidak homogen

(heterogen). Di kota, beragam masyarakat dengan beragam aktivitas dan beragam tempat
tujuan. Ini juga merupakan sebuah budaya khas dan tidak bisa dirubah.
Di kota, satu titik (satu gedung bertingkat) bisa memiliki beragam aktivitas dan berbagai jenis pekerjaan, mulai dari posisi rendah hingga yang teratas.
Bisa juga digambarkan dengan sebuah kalimat singkat, 'Keras derasnya kehidupan di kota'-dosen SosKot.

Itu tadi sekilas tentang perkuliahan Sosiologi Perkotaan.

Yang muncul di benak saya....
Kemajuan kota saat ini yang rata-rata seluruh dunia mengalaminya, sangat mengerikan!
-_- (jika tidak diatasi dengan cerdas).
Bagaimana nasib perumahan dan permukiman kita ke depan?
Entah kenapa saya tertarik pada permasalahan tersebut.
Ini jelas butuh perhatian yang extra khusus. Sejalan pertumbuhan kota yang extrem, dibalik
itu terdapat sisi yang selalu tersingkirkan, yaitu perumahan dan permukiman.
Apa yang diperbuat sebuah kota pada perumahan dan permukiman?
Entahlah, sebuah kota sebenarnya tidak melakukan apa-apa, namun masyarakat kota lah
yang memegang kendali atas peradaban kota.
Sebuah kota yang selalu dituntut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kota yang sangat
tidak terbatas, selalu mengalami pertumbuhan yang entah ke mana arahnya, membuat
posisi perumahan dan permukiman sangat terdesak.
Yang sangat mengganggu lagi...
Saat diadakannya pembangunan gedung-gedung bertingkat di sebuah kawasan, terutama di
kawasan yang dekat dengan perumahan dan permukiman warga, tidak terpikirkah dampak
yang sangat merugikan bagi mereka yang merasakan?
Kebutuhan air, listrik, dan cahaya matahari tidak jarang terampas begitu saja demi
memenuhi kebutuhan sebuah gedung tersebut.
Yang sangat ingin ditelaah lebih jauh...
Bagaimana mempertahankan kehidupan di perumahan dan permukiman untuk bisa tetap
memenuhi setiap kebutuhan atas sumber daya, seperti air, listrik, dan sumber energi
lainnya, tanpa terampas oleh peradaban kota?
Mungkin kah perumahan dan permukiman bisa diberi sentuhan teknologi demi kelangsungan
hidup yang nyaman bagi warga nya?
Mungkin kah sentuhan itu bisa 'kita' lakukan untuk 'mereka' ?

Masih belum bisa paham sama apa yang sebenernya harus dipahami dari semuanya---

Makna manusia yang hilang di kota, mungkinkah ini menjadi permasalahan yang inti?

"Marilah kita tunjukkan bahwa kita dapat juga membangun seperti yang dilakukan bangsa

Eropa karena kita sederajat"-Bung Karno

Mariiiiiiiii !
:D

Rabu, 19 September 2012

Kuliah, sarapan syarat wajib!


It was...

Rabu tanggal 19 september 2012
jam 08:29

sekarang lagi pelajaran Metode Pendataan dan Informasi perencanaan, kita lagi belajar gis (geographic Information System), tadi masuk jam setengah 8, kondisi belum sarapan, tapi udah minum teh manis,
rasanya.... begitulah,, takut perutnya bunyi nih, huhu
laperrrrr...
ni kuliah 3 sks pula. sabar deh sabar, minggu depan ga lagi lagi deh bangunnya siang (contoh buruk, sangat buruk), pokoknya harus udah sarapan!
perut kembung, pingin sendawa terus, ---___---
tobaat deh...
ini sambil dengerin dosen ngomong, buat ngalihin perhatian perut yang laper yaudah nulis aja, haha semoga bisa melupakan perut yang laper yah haha sesuatu.
temen sebelah malah ngira aku lagi nulis apa yang bapak dosen omongin, haha ini font nya aku kecilin sekecil kecil nya biar ga kebaca yg lain, ampun deh, rempong bgt dah kuliah belum sarapan. hahahahahahahaahahahahahahahah
suatu ketika, terjadi percakapan di luar topik perkuliahan :
bapaknya bilang pake hotspot teknik, tapi itu bukan 'tekinet'(hotspot teknik), tapi hotspot yang sipil(jts), huhu,,,
(D/dosen, M/mahasiswa)
D : udah pada connect kan ya?
M: ga bisa conek pak
D : loh kok saya bisa konek ?
M : itu bapak pake jts(hotspot sipil) pak
D : loh ini saya pake tekinet(hotspot teknik),
M : gak bisa pak, tekinet ga banyak sinyalnya di sini
D : ini saya bisa conek
M : iya pak itu bapak pake jts conek nya -_-
D : oooooooh....berarti saya masuk lewat jts ya..
M : iyaaaaaaaaaaaah!!!!!!
D : kamu klo jts kan ga punya PS nya ya
M : iya pak T-T
D : ooh tekinetnya ga bisa, sinyalnya kuat tapi ga bisa ya kalo di sini..
M : (hening)
D : yaudah kita urusin excelnya sajah......
M : ok paaaaak!
 perkuliahan pun berlanjut~


butuh konsentrasi penuh nih udah dulu curhatnya deh,  hehe
wassalam
:D

Minggu, 16 September 2012

Cita-cita harus punya

It was......


Solo,
Jumat, 14 September 2012
09:27 WIB

Aku sedang bertugas mencetak surat keluar untuk media masa (untuk acara semnas pu-pwk uns). Hari ini kuliah sangat singkat, sebenarnya ada dua mata kuliah di jadwal hari ini, akan tetapi yang satu kosong karena dosennya berhalangan hadir, lalu yang satu lagi hanya sekedar tatap muka pertama, belum masuk lebih jauh ke materi kuliah.
Di kuliah pertama tadi (Mata kuliah Etika profesi) sempat disinggung, Setiap orang harus punya cita-cita, namun kedepannya, apakah kita akan benar-benar ditakdirkan untuk mencapai cita-cita tersebut atau ada profesi lain yang lebih baik untuk kita.
Sepertinya itu saja.
Posisi tempat ternyata menentukan mood untuk menulis ya.
haha.
:D

MENUJU PERENCANAAN KOTA KOMPREHENSIF MELALUI PENINJAUAN KEMBALI TATA RUANG



ALFARIANI PRATIWI
ABSTRACT
Comprehensive city planning  shows that the form which has the highes
status, most complex, and this is the most difficultanalytical onseptual  and covers all the main elements of the city that determines not only one but all the activities currently being carried out anddevelopment for the future.  Strategic planning is planning for the city as a whole, which not only covers one or several functions. Zoning should be reviewed in total for comprehensive urban planning materialized. By evaluating the city planning, the development of comprehensive city planning can be seen.
Keywords : Comprehensive Planning, Comprehensive City Planning, Evaluating City Planning.

PENDAHULUAN
Perencanaan tata ruang dapat diartikan sabagai suatu kegiatan merencanakan pemanfaatan potensi dan ruang perkotaan serta pengembangan infrastruktur pendukung yang dibutuhkan untuk mengakomodasikan kegiatan yang diinginkan baik sektor ekonomi maupun sektor lainnya.
Rencana tata ruang disusun dengan perspektif menuju keadaan pada masa depan yang diharapkan, bertitik tolak dari data, informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dipakai, serta memperhatikan keragaman wawasan kegiatan tiap sektor, perkembangan masyarakat dan lingkungan hidup berlangsung secara dinamis, ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
Kegiatan evaluasi Rencana Tata Ruang tidak terlepas dari kegiatan penyusunan rencana ataupun kegiatan revisi, karena didalam suatu mekanisme penanganan rencana tata ruang yang utuh, kegiatan tersebut satu dengan lainnya merupakan satu sikuensis, dimana output kegiatan yang satu akan merupakan input bagi kegiatan lainnya. Evaluasi adalah suatu proses pengambaran, pengumpulan informasi dan menyajikannya untuk sebagai bahan penilaian, pertimbangan, dalam memutuskan suatu kebijakan atau keputusan. Prosesnya tetap harus berlanjut sampai kemungkinan untuk merevisi kembali apabila terdapat adanya kesalahan.
·         Tujuan Evaluasi.
a. Kegiatan yang dilakukan untuk mengukur, membandingkan dan menilai sesuatu yang telah dijadikan sebagai keputusan, dan yang telah di kerjakan atau dilakukan, dengan melihat standar-standar ukuran yang dijadikan tolak ukur baik atau buruk, berhasil atau tidak berhasil.
b. Kegiatan tindak lanjut dari hasil kegiatan (keputusan) akan dari keputusan yang telah diambil dan dikerjakan sebelumnya.
·         Proses dan Teknik Evaluasi.
Setiap keputusan yang telah disepakati dan yang akan dikerjakan sesuai dengan program kerja tentunya harus melewati suatu proses untuk mencapai tujuan dan misi. Tetapi di dalam melakukan suatu kegiatan belum tentu sesuai dengan keinginan, hal tersebut dapat terjadi kapan dan di mana saja karena beberapa faktor seperti : sumber daya manusia yang tidak siap baik secara kualitas maupun kuantitas, kurangnya data yang dikumpulkan dan kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung, sehingga diperlukan manejemen dan teknik evaluasi untuk meminimalkan kesalahan yang akan terjadi.
Secara garis besar proses evaluasi dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
· Persiapan.
· Pelaksanaan.
· Evaluasi.
Dari ketiga proses diatas dapat diketahui tugas yang diprioritaskan, selanjut mengerjakan tugas yang perlu untuk mendukung pencapaian tujuan dengan berdasarkan dari hasil revisi, sehingga visi dan tujuan dari hasil keputusan dapat sesuai dengan harapan .
Oleh karena itu, agar rencana tata ruang yang telah disusun itu tetap sesuai dengan tuntutan pembangunan dan perkembangan keadaan, rencana tata ruang harus ditinjau kembali (dievaluasi) atau disempurnakan secara berkala demi perencanaan yang komprehensif.
Evaluasi atau Peninjauan Kembali Tata Ruang
Tata Ruang Harus Evaluasi Total. Hal ini ditinjau saat merumuskan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) serta peraturan zonasi, yang tidak pernah melihat kondisi eksisting serta mempertimbangkan perkembangan masyarakat. Tidak pernah ada kajian secara serius dan mendalam tentang tata ruang, atau memang ada pelanggaran di dalamnya. Izin peruntukan yang selama ini ditangani Dinas tata Ruang harus segera dicabut. Jika itu terus terjadi hingga diketoknya Perda RTRW, dikhawatirkan, hasil rumusan tata ruang yang akan mengikat seluruh masyarakat, hanya akan menjadi produk hukum sepihak yang dipaksakan.
Faktor yang menentukan dan menjadikan kegoiatan peninjauan kembali rencana tataa ruang menjadi suatu aktivitas yang penting untuk dilakukan secara bekala dalam proses penataan ruang adalah karena adanya kemungkinan perubahan atau ketidaksesuaian atau adanya penyimpangan yang mendasar antara rencana dengan kenyataan yang terjadi dilapangan, baik karena faktor internal, maupun faktor eksternal.
a. Faktor Eksternal
i. Adanya perubahan dan/atau penyempurnaan peraturan atau rujukan sistem penataan ruang.
ii. Adanya perubahan kebujaksanaan pemanfaatan ruang atau sektoralm kawasan perkotaan yang berdampak pada pengalokasian kegiatan pembangunan yang memerlukan ruang berskala besar.
iii. Adanya ratifikasi kebijaksanaan global yang mengubah paradigma sistem pembangunan pemerintah serta paradigama perencanaan tata ruang.
iv. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat dan seringkali radikal dalam hal pemanfaatan sumberdaya alam meminimalkan kerusakan lingkungan.
v. Adanya bencana alam yang cukup besar sehingga mengubah struktur dan pola pemanfaatn ruang, dan memerlukan relokasi kegiatan budaya maupun lindung yang ada demi pembangunan pasca bencana.
b. Faktor Internal
i. Rendahnya kualitas Rencana Tata Ruang Perkotaan yang dipergunakan sebagai acuan untuk penertiban perizinan lokasi pembangunan, sehingga kurang dapat mengoptimalisasikan perkembangan dan pertumbuhan aktivitas sosial ekonomi yang cepat dan dinamis;
ii. Rendahnya kualitas ini dapat disebabkan karena tidak diikutinya proses teknis dan prosedur kelembagaan perencanaan tata ruang.
iii. Terbatasnya pengertian dan komitmen aparat yang terkait dengan tugas penataan ruang, mengenai fungsi dan kegunaan Rencana Tata Ruang dalam pelaksanaan pembangunan:
iv. Adanya perubahan atau pergeseran nilai/norma dan tuntutan hidup yang berlaku didalam masyarakat.
v. Lemahnya aparatur yang berwenang dalam bidang pengendalian pemanfaatan ruang.
Kegiatan evaluasi

a. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan, kegiatan ini merupakan penunjang untuk pelaksanaan evaluasi atau peninjauan kembali melalui beberapa kegiatan untuk mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan. Kegiatan evaluasi atau peninjauan kembali ini meliputi :
  • Pengumpulan data dasar berupa peta ataupun data numerik
  • Penyiapan penggunaan lahan terakhir
  • Penyiapan peta-peta rencana
  • Mengumpulkan peta-peta kebutuhan analisis
  • Menyiapkan peta distribusi penduduk
  • Peta jaringan jalan
  • Peta batas administrasi desa dan kecamatan
  • Peta jaringan utilitas
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, peta-peta yang menunjukkan kondisi eksisting tersebut digunakan sebagai bahan bandingan Rencana Tata Ruang yang akan dievaluasi atau ditinjau kembali. Dari pembandingan kedua peta tersebut, kemudian dilakukan penilaian penyimpangan yang terjadi dengan menggunakan prosedur dan metoda penilaian atau perhitungan yang akan digunakan. Dalam penilaian penyimpangan yang terjadi melalui prosedur dan teknik yang telah ditetapkan, perlu ditambahkan keterangan sebab terjadinya penyimpangan, seperti, adanya prioritas yang berbeda; strategi pembangunan yang berubah, misalnya adanya areal lahan yang tidak dapat dibebaskan sehingga mengakibatkan dipindahkannya lokasi proyek; kondisi tanah yang tidak sesuai yang tidak terliput pada waktu penyusunan rencana; adanya program pembangunan dari pusat yang berskala besar.
c. Tahap Analisis
Pada tahap analisis, untuk menghasilkan nilai analisisnya dilakukan melalui perhitungan penyimpangan setiap aspek dan selanjutnya dijumlahkan nilai seluruh aspek yang menyimpang untuk kemudian dihitung rat-ratanya. Hasil rata-rata akan memberi makna besarnya tingkat penyimpangan suatu rencana dengan kondisi eksisting. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi nilai untuk rekomendasi yang telah ditetapkan, untuk mengetahui kebijaksanaan apa yang harus diusulkan dari hasil evaluasi ini.
d. Penyusunan rekomendasi
Penyusunan rekomendasi akan sangat bergantung pada besaran nilai dari hasil analisa. Hasil evaluasi, pada dasarnya akan merekomendasikan 3(tiga) kemungkinan, yaitu :
  • Rencana Tata Ruang tidak perlu perubahan, karena masih dianggap valid untuk digunakan sebagai alat pengendalian pemanfaatan ruang;
  • Rencana Tata Ruang perlu direvisi sebagian, karena beberapa kawasan sudah mengalami perubahan fungsi;
  • Rencana Tata Ruang perlu direvisi total dalam arti Rencana Tata Ruang yang baru perlu disusun ulang, karena rencana yang telah ada tidak dapat lagi digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan, khususnya dalam hal pengendalian pemanfaatan ruang kota.
PENUTUP
Beberapa kriteria dan cara penilaian evaluasi Rencana Tata Ruang yang dapat dilakukan yaitu struktur pemanfaatan ruang, yaitu dengan menghitung persentase luas masing-masing jenis penyimpangan terhadap kawasan yang direncanakan. Faktor pendukung munculnya konflik dalam perencanaan yang menuju kea rah komprehensif salah satunya pengambilan keputusan secara politik dan ekonomi yangberbeda antar kelompok.
Penentuan kriteria dan tata cara penilaian dalam evaluasi bertujuan untuk menghasilkan rumusan kebijaksanaan akibat terjadinya penyimpangan pelaksanaan Rencana Tata Ruang. Kebijaksanaan yang dimaksud akan menyangkut apakah Rencana Tata Ruang berdasarkan evaluasi perlu direvisi atau tidak dan kapan Rencana Tata Ruang tersebut perlu disusun ulang walaupun masa berlaku rencana tersebut belum habis.
Beberapa kriteria dan cara penilaian evaluasi Rencana Tata Ruang yang dapat dilakukan antara lain :
a. Struktur Pemanfaatan Ruang
b. Stuktur Utama Tingkat Pelayanan
c. Sistem Utama Transportasi
d. Sistem Jaringan Utilitas
Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada beberapa aspek dikumulatifkan sehingga diperoleh hasil akhir penyimpangan. Dengan kriteria yang telah ditetapkan, maka hasil akhir dari evaluasi Rencana Tata Ruang ini akan memberikan rekomendasi sebagai berikut :
  • Jika penyimpangan < 20%, maka revisi tidak perlu dilakukan
  • Jika penyimpangan antara 20 – 50%, maka perlu dilakukan revisi sebagian
  • Jika penyimpangan > 50%, maka perlu dilakukan revisi total
Perencanaan tata ruang kota yang komprehensif lingkupnya sangat luas dan sifatnya lebih inklusif dari pada perencanaan subsistem yang memadukan beberapa fungsi atau kegiatan pemerintah kota yang berkaitan erat satu sama lain.Perencanaan secara komprehensif pada masa yang akan datang akan mencakup adanya sebuah badan perencanaan kota yang mewadahi berbagai informasi yang terkait, jenis-jenis perencanaan yang punya hubungan erat yang dilakukan oleh semua bagian dari aparat pemerintah kota.
DAFTAR RUJUKAN
Catanese, Anthony, J .1989. Perencanaan Kota. Jakarta: Erlangga.
Branch, Melville, C.1995. Perencanaan Kota Komprehensif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Bataviase. 2011. Tata ruang Harus Evaluasi Total. Evaluasi Rumusan Tata Ruang).(http://plansarenothing.blogspot.com/2011/06/v-behaviorurldefaultvml-o.html, diakses Minggu, 27 November 2011, jam 11:00)
Tello,Camp . 2011. Teknik Evaluasi Perencanaan. Perlunya Dilakukan Evaluasi/ Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang. (http://pwk45mks.blogspot.com/, diakses Minggu, 27 November 2011, Jam 11:15)
Nugroho,Akbar. 2011. Kedudukan Evaluasi dalam Rencana Tata Ruang. Evaluasi dalam Rencana
   Tata Ruang. ( http://bataviase.co.id/node/231212, diakses Minggu, 27 November 2011, Jam 11:25 )

Selasa, 11 September 2012

Sabar deh


Judul nya ambigu nada baca nya, tapi bingung lagi mau ngasih judul apa, maksudnya sih, yaa, coba deh, kita sabar dulu. hm,, yak, mungkin kurang lebih seperti itu..