Hari kelulusan tiba. Murid-murid terlihat
dengan berbagai ekspresi di wajahnya.
Di suatu sudut sekolah.
“Rey, matematika kita sempurna!”.
“Rey, kita akan masuk SMA yang sama kan?”
Hari penerimaan siswa SMA baru pun tiba.
Murid-murid berebut mengantri di depan sebuah papan pengumuman yang berisikan
nama-nama siswa yang diterima di salah satu SMA terfavorit pada zamannya.
“Rey, kita berpisah”.
“Rey, aku akan sering ke ruang kelas mu.”
Satu tahun pertama di SMA telah terlewatkan.
Akhirnya para siswa menerima pengumuman mengenai kelas penjurusan. Ada beberapa
yang memilih untuk pindah program kelas.
“Ah! Rey! Kita satu kelas!”
Tahun kedua dan ketiga sudah tidak ada lagi
perubahan kelas. Siswa sudah harus berfokus pada kelas jurusannya
masing-masing.
“Ra, aku butuh bersosialisasi di program kelas
ini, bantu aku ya.”
“Ra, apa mereka bisa menerima ku apa adanya,
tanpa melihat asalku?”
“Ra, rupanya duniamu di sini sangat
menyenangkan untukmu ya”
“Ra, bisakah kita berbicara sebentar?”
Setengah tahun yang kedua di SMA telah
terlewatkan.
“Rey, ada masalah apa? Kenapa diam?”
“Rey, kenapa seperti ini?”
“Rey...”
Memasuki tahun ketiga, siswa sudah seharusnya
tidak lagi bermain-main karena ujian sudah semakin dekat.
“Rey, bukan ini yang aku inginkan”
“Rey, maaf”
“Ra, dalam persahabatan memang akan selalu ada
ujian, kita lah yang harus bisa menyikapinya dengan tepat.”
Kelulusan pun tiba. Perpisahan terasa sangat
mengharukan. Mereka semua kini berpisah meniti jalannya masing-masing.
“Rey, kini kita benar-benar berpisah dengan
jarak yang jauh.”
“Ra, jarak bukanlah suatu masalah besar.
Sambutlah kedewasaan di depan sana”
“Rey, terimakasih”
Gelar mahasiswa kini melekat pada mereka
menggantikan gelar siswi. Mereka pun semakin dekat dengan impian mereka
masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar