Kala itu matahari sangat semangat memberikan sinarnya pada makhluk
di bumi. Pancaran sinarnya sampai hingga menyerap pada kulit ini. Panas nya
terasa menyelinap masuk hingga ke lapisan kulit ari. Puluhan kendaraan berbaris
rapih seperti sedang mengantri untuk sesuatu, sesekali kendaraan-kendaraan itu
jalan maju untuk menghapus jarak kosong yang ada dengan kendaraan di depannya.
Kepulan asap menyebar disekitarnya. Kebisingan suara klakson semakin
menghidupkan suasana di siang terik itu.
Aku dengan
segelas jeruk nipis dingin tengah duduk tenang menyaksikan pemandangan di luar
dari sebuah jendela restoran yang tidak jauh dari jalan raya. Sesekali ku
alihkan pandangan ku pada layar laptop yang berisi tulisan ku yang belum
kuselesaikan. Saat mulai mengadukan jari-jemariku pada keyboard dan menuangkan
ide-ide di pikiranku yang sejak tadi ingin melonjak keluar, tiba-tiba saja
, PRANG!~ suara itu memecahkan keheningan
suasana di tempat makan favoritku saat waktu istirahat kerja. Tidak lama
kemudian disusul dengan suara teriakan seseorang yang jika didengar dari nada
bicaranya, seseorang itu sedang marah. Seketika restoran itu menjadi ramai.
Seorang pelayan terdengar mengemis minta maaf dengan nada yang sangat ketakutan
namun disambut dengan hentakkan kasar dari orang yang berteriak tadi. Suasana
makin ribut. Hingga kulihat seorang laki-laki berbadan tinggi besar dengan jas
warna hitam pekat, dasi bermotifkan zebra, celana kain dengan potongan agak
jadul, serta sepatu hitam mengkilap yang terlihat mencolok. Lalu terjadi
percakapan antara pelanggan yang marah dengan laki-laki itu. Tidak lama
kemudian keributan pun meredam. Entah siapa laki-laki itu dan apa yang diperbincangkannya.
Setelah semuanya dirasa membaik laki-laki itu pun pergi meninggalkan si
pelanggan. Ia melewati tempat di mana aku duduk. Sekilas aku melihat wajahnya.
Terlihat angkuh dan menyebalkan. Mungkin dia bos dari restoran ini. Ah, lebih
cocok sebagai seseorang yang berpura-pura menjadi bos pikirku. Tanpa
menghiraukan itu lagi, aku menutup laptopku dan meneguk minumanku sampai habis.
Jam tangan yang melekat di lengan kiriku meletakkan jarum pendeknya ke angka 1.
Aku pun bergegas kembali bekerja.
Memasuki
ruangan dingin dengan meja, kursi, dan lemari kecil yang tertata sedikit
berseni. Rasanya kejadian tadi masih melekat pada pikiranku, bahkan sosok
lelaki itu masih terbayang. Hal yang tidak penting dan seharusnya tidak sampai
teringat hingga ruang kerjaku. Aku pun kembali fokus bekerja.
Tiba-tiba
terdengar seseorang mengetuk pintu ruanganku. Segera aku mempersilahkan masuk.
Muncul seorang wanita dewasa dengan mengenakan jas abu-abu dan bawahan rok span
yang tersetrika sempurna, suara ketukan sepatu haknya menghentak hentak di
ruangan. Di tangannya terlihat selembar kartu, semacam kartu undangan ulang
tahun atau semacamnya berwarna biru turquoise. Segera ia meletakkan kartu tersebut
di mejaku lalu keluar. Rupanya sebuah undangan. Ah, biar ku buka nanti saja.
Paling-paling undangan peresmian gedung baru pikirku.
Hari
memasuki sore, jam dinding terus berdetak dan kulihat jarum pendeknya menunjuk
ke angka 4. Cahaya matahari tidak lagi terlihat semangatnya dalam memberikan
sinarnya. Waktunya untuk pulang.
Sebulan
berlalu.
Akhirnya
memasuki bulan Januari. Cuaca semakin tak menentu dan tidak bisa diterka.
Selalu sedia payung untuk mengantisipasi turunnya hujan. Aku sedang
mempersiapkan perjalanku untuk ke luar kota untuk satu bulan penuh dalam misi
kerjaku yang baru. Sebelum berangkat aku menyempatkan diriku mampir ke restoran
favoritku. Duduk di kursi dekat jendela yang membuatku bisa melihat ke luar
degan jelas. Kali ini aku tidak memesan jeruk nipis, karena perjalananku yang
lumayan memakan beberapa jam perjalanan, aku memutuskan untuk memesan kopi
hangat saja. Aroma kopi restoran ini sangatlah khas. Aku pun sangat
menikmatinya. Aku melihat sekelilingku dan mulai berpikir untuk satu bulan aku tidak
akan berkunjung ke sini. Hal yang biasa saja seharusnya, namun bagiku yang
menghabiskan 5 hari dalam seminggu untuk selalu menyempatkan diri ke tempat
favoritku ini sangatlah tidak biasa. Bukan hanya sajian makanan dan minumanna
yang aku sudah kenal baik, akan tetapi staf dan pelayannya juga aku akrab
dengan beberapa diantaranya. Suasananya pun sangat menenangkan, entah sesuatu
apa yang membuat ku melepaskan semua penatku saat nerkunjung ke sini. Ah,
rupanya tenggelam dalam lamunanku membuat kopiku dingin dan dengan segera
kuhabiskan lalu bergegas pergi. Saat akan keluar aku berpapasan dengan sesosok
laki-laki yang sepertinya pernah aku lihat. Kulihat ditangannya sebuah kartu
berwarna biru turquoise yang tiba-tiba saja membuatku ingat pada kartu undangan
berwarna sama yang saat itu aku dapatkan dan belum aku lihat hingga sekarang.
Rupanya saat itu aku lupa memasukkan kartu itu ke dalam tasku. Dan keesokan
harinya sudah pasti mejaku rapih dan bersih dari berkas-berkas hari sebelumnya.
Entah mengapa perasaan ini sangat menggangguku. Rasa penasaranku menguasai
pikiran. Aku sangat yakin kartu itu berwarna sama percis. Sebenarnya kartu apa
itu. Berusaha menyingkirkan sejenak pikiran itu aku bergegas memulai
perjalananku.
Dalam
perjalanan aku terus memikirkan kejadian pagi tadi di restoran. Setelah satu
jam perjalanan,ku pikir aku butuh untuk menjernihkan pikiranku. Lalu aku mampir
pada sebuah sport center karena teringat akan adikku yang menginginkan kacamata
renang baru. Terlihat sangat megah. Warna biru muda yang memenuhi bangunan
tersebut sangat menyegarkan mata. Saat masuk, aku tak sengaja menabrak seorang
wanita. Wanita itu memakai dress biru yang menawan dan sangat feminine. Sepatu
haknya membuat ia terlihat lebih tinggi. Wajahnya cantik dan anggun. Tidak
terlihat make-up yang berlebihan di wajahnya. Sadar dari lamunanku, dengan
segera aku meminta maaf padanya. Lalu ia pun menyambut ku dengan sedikit
tergesa-gesa, sepertinya ia hendak pergi ke suatu acara yang sangat penting.
Terlihat dari raut wajahnya yang seakan mengatakan ‘demi apapun aku tidak ingin
terlambat dalam acara besarku yang satu ini’. Dia pun segera meninggalkanku.
Dari dalam ruangan aku masih memperhatikan wanita tadi. Aku merasakan aura yang
menenangkan. Suaranya yang samar-samar terdengar saat itu membuatku merasa
seperti tidak asing bagiku suara itu. Sambil mencoba mengingat-ngingat aku
terus memandangi wanita yang berjalan tergesa-gesa itu. Betapa kagetnya aku,
saat melihat tangannya memegang sesuatu. Sesuatu itu berwarna biru turquoise. Ah,
mungkinkah itu kartu yang sama. Ingin sekali mengejarnya akan tetapi sudah
tidak mungkin. Ia sudah masuk ke dalam mobil megahnya. Dan pergi.
Sejak saat itu aku masih tidak bisa menghapus rasa penasaranku akan kartu biru turquoise. Aku merasakan sesuatu yang telah aku lewatkan, sesuatu yang akan sangat berarti dalam hidupku. Pernah seminggu penuh aku tak henti-hentinya menanyakan keberadaan kartu itu pada yang biasa membantuku merapihkan berkas-berkas di mejaku. Akan tetapi tetap saja tidak ada yang ingat karena memang sudah sebulan sejak aku meninggalkan kota ini.
Suatu hari aku memiliki pekerjaan yang harus segera aku selesaikan, rupanya sangat banyak membutuhkan referensi. Ku ambil buku buku yang sekiranya dapat membantuku dari rak buku yang menjulang tinggi di pojokan ruang. Kuambil buku-buku itu dengan cepat. Tiba-tiba saja sesuatu terjatuh. Aku segera berhenti dan mencari yang terjatuh itu. Kutemukan selembar kartu biru turquoise. Dengan segera aku memungutnya lalu kubuka dengan tidak sabar isi dari kartu tersebut. Kubaca dengan perlahan dan teliti. Tiba-tiba saja air mata ini mulai menetes. Menetes dan terus menetes. Semakin deras hingga membasahi kartu biru turquoise dan membuat buram tulisan di dalamnya.
Sisi lain.
Sebuah
ruangan yang dipenuhi dengan hiasan berwarna biru tirquoise terlihat sangat
memukau setiap pengunjungnya. Entah seberapa penting arti warna tersebut hingga
memenuhi setiap sudut ruangan. Orang-orang di ruangan terlihat semuanya penuh
dengan muka bahagia. Sepertinya sangat asik membicarakan sesuatu. Seakan tidak
pernah habisnya obrolan diantara pengunjung-pengunjung tersebut, sehingga tidak
sekejap pun ruangan terdengar hening dari suara tawa dan canda. Di satu sisi
dinding terpampang sebuah spanduk besar yang berisikan foto-foto. Terlihat di
dalam foto-foto tersebut wajah-wajah yang jauh lebih muda dari orang-orang yang
berada di ruangan saat itu. Dan terlihat di bawah foto foto tersebut kalimat
yang bertuliskan "
The most memorable, fantastic, and the funniest moment in our insane family".